Topik Tahunan: Antara Natal, dan Pamer Iman.

2 min read

Pinterest.com


Guuyys
… sudah lihat atau baca-baca postingan di medsos belum? Itu lho yang jadi topik tahunan soal boleh tidaknya mengucapkan selamat natal…


Pastinya sudah kan…!!?


Dari sekian banyak postingan tersebut, tentunya mengandung pro dan kontra dengan berbagai macam argumen bahkan dalil tentang pembolehan dan pelarangan beserta derivasinya. Bahkan tanpa tedeng aling-aling syarat rukun sah “makian” pun tidak luput dari ritual debat. Ya… makian kepada lawan debat medsosnya, bahkan tidak jarang menghukumi kafir kepada sesama karena berbeda pandangan…


Saya kemudian tidak ingin berfatwa persoalan boleh-tidaknya, sebab bagaimanapun juga saya bukan ahli dalam wilayah keilmuannya (syariah, ushul, fiqh)nya..


Tentunya jika suatu wacana dalam hal agama telah menghadirkan perdebatan maka sudah barang tentu terdapat perbedaan dalam hal memahami ajaran agama, baik dari segi “Teks” (Wahyu dan Hadits) dan “kontekstual” tafsir terhadap sumber Syar’inya sesuai dengan sanad keilmuan (contoh: perbedaan pandangan antara Imam Madzhab) yakni dalam bentuk Ijma dan Qiyas terhadap sumber hukum tersebut sebagai bagian dari upaya mengurai pesan-pesan teologis (Teks).


Sebagai argumentasi pembatas, pada dasarnya agama telah sempurna sebagaimana firmaNya dalam Surah Al-Maidah:3. Berarti dalam hal ini agama telah sempurna tidak ada pesan atau hukum baru lagi yang Allah turunkan sebagaimana ditandai dengan berakhirnya periode pewahyuan kepada Rasulullah. Demikian juga dengan hadits “Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari mereka” (HR: Abu Dawud)


Kedua Teks diatas seringkali dijadikan dalil dalam beradu argumentasi dalam beberapa perdebatan (medsos). Tidak terkecuali konten yang penulis soroti kali ini “Natal”.


Dalam hadits Nabi sebagai bagian dari uraian isi yang mendeskripsikan kandungan Al-Quran itu sendiri. Menurut mereka (sebagian) ayat ini telah menyatakan dengan jelas duduk persoalan bahwa jangan kita menyerupai suatu kaum sebab jika kita telah menyerupai suatu kaum maka kita merupakan bagian dari kaum tersebut (tanpa perlu penjelasan lain “takwil”/benarkah?). 


Memang ada beberapa hadis sahih selain diatas yang memerintahkan agar umat Islam harus berbeda dengan nonmuslim. Misalnya dalam riwayat al-Bukhari dikatakan khaliful yahud (berbedalah dengan orang Yahudi).


Namun perlu digaris bawahi, hadits tersebut muncul dalam konteks perang antara muslim dengan nonmuslim. Pada waktu itu belum ada pembeda khusus antara kedua belah pihak melainkan dari penampilan fisik. Maka dari itu, Rasulullah SAW menyuruh memanjangkan jenggot dan mencukur kumis untuk membedakan muslim dengan orang kafir. (H.F. NU Online)


Mari kita kerucutkan,,! yang pertama bahwa Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fathul Bari’ menjelaskan perbedaan pendapat tentang hadits dari Abu Dawud tersebut ini dikarenakan perawi bernama ‘Abdul Rahman Ibn Tsabit Ibn Tsauban. Ulama berbeda pendapat dalam menilai ‘Abdul Rahman ini.


Sebagaimana dicatat al-Dzahabi dalam Siyar A’lam al-Nubala’, al-Nasa’i mengatakan ‘Abdur Rahman laysa bi tsiqah; Ahmad Ibn Hanbal berpendapat bahwa riwayat hadits ini munkar; sementara itu Yahya Ibn Ma’in menilai laysa bihi ba’s; Ibnu ‘Adi mengatakan hadisnya tetap ditulis sekali pun dhaif.


Dari perbedaan pandangan sebagaimana contoh pada Hadits diatas, maka argumentasi dalam sebuah teks yang sifatnya universal ini masih terdapat wilayah perdebatan yang terbuka lebar. Tidak terkecuali dalam menafsir ayat pada surah Al Maidah tentang kesempurnaan agama. Bahwa menurut penulis, agama ini telah sempurna namun bukan pada memahami “sempurna” apa adanya tapi “sempurna” sebagai contoh sehingganya dalam menilai pesan2 teks harus dilihat kontekstualitasnya.


Tentunya kita meyakini bahwa Allah satu-satunya sang pemilik alam semesta ini sebagaimana yang telah ditegaskan dalam surat Al-Ikhlas. Bahwa Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan.


Namun benarkah dengan mengucapkan “selamat natal” atau memakai topi santa kita telah mengimani bahwa Yesus sebagai Tuhan sebagaimana merujuk pada logika yang digunakan dalam menafsir Hadits Nabi tentang menyerupai diatas? Entahlah, namun bagi saya hal ini tidak akan berpengaruh terhadap keimanan saya. Lagian juga syahadat itu kan bukan hanya diucapkan dengan lisan, tapi harus diyakini dalam hati dan diikuti dengan amal perbuatan. so…, keep santuy.


Oh ya terkait menyerupai ini Dalam beberapa hal, bilkhusus persoalan mu’amalah dan tidak berkaitan dengan aqidah, justru Rasulullah SAW tidak sekaku yang kita bayangkan. Terkadang Beliau juga mengikuti penampilan ahlul kitab termasuk model sisiran rambut mereka. Hal ini sebagaimana yang disaksikan langsung oleh Ibnu ‘Abbas.


Jadi tergantung pemahaman anda-anda sendiri sebagai individu dalam menilai boleh tidaknya. Kan masing-masing argumentasi punya dalilnya, demikian pandangan saya. jikalau ada yang berbeda pendapat berdasarkan pemahaman yang lain ya silahkan, tafaddal, tidak ada yang melarang. Tapi ya tidak usah pake emosi (aingka humoki) sampai ada embel-embel makian kepada orang yang berbeda pendapat.


Intinya bahwa yang punya pendapat “boleh mengucapkan atau pake pernak pernik natal” ya silahkan, asal jangan nuduh ini itu sama yang punya pendapat berbeda demikian juga bagi siapa yang berpendapat “tidak boleh mengucapkan dan memakai pernak-pernik natal” silahkan asal jangan menuduh bahkan mengkafir- kafirkan orang yang berpandangan sebaliknya, kayak yang punya kunci surga aja…


Tapi…. ya sudah begitu sih keadaannya, baik yang pro dan yang kontra sama-sama “PAMER IMAN” menurut saya (penulis juga kena’)… 


Selamat Natal untuk yang merayakannya, damai di bumi damai di langit.



Penulis:

Asriadi Lakoro

Editor:

Panji Datunsolang

Ramadhan dan Bola Api

www.terasinomasa.club Selepas shalat tarawih saya dan kaka tertua, duduk berbincang di depan Rumah tempat di mana kami bermain dulu. Di tempat itu, yakni sebuah...
admin
2 min read

LONG-LONG : Mainan Tradisional Bulan Ramadhan yang Hilang di…

Ilustrasi, Teras Inomasa Salam sejahtera sahabat TI, dan apa kabar kalian semua, semoga semuanya senantiasa dalam kondisi sehat wal afiat, dan terus dapat melakukan...
admin
3 min read

Tradisi Masyarakat Muslim Bolaang Mongondow: Awal dan Akhir Ramadan

Sumber foto dari penulis  Bulan ramadan adalah bulan suci yang penuh berkah dan ampunan bagi umat Islam. Datangnya bulan suci ramadan selalu disambut antusias...
admin
3 min read

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *