teras inomasa art |
Masih ingatkah kalian, kartun atau anime apa saja yang sudah menemani masa kecil kalian? Tanpa disadari sebagian besar dari kita yang lahir pada era 1980-an atau awal 2000-an, dimasa kecilnya kita sering nonton kartun atau anime hampir setiap hari, bahkan ada yang masih menontonnya hingga saat ini.
Sebagian besar kita memiliki satu atau bahkan beberapa kartun atau anime favorit yang ditonton. Mulai dari Naruto, One Piece, Pokemon, Dragon Ball , jujutsu kaisen dan masih banyak lagi.
Meski sudah bisa dinikmati sejak era 1980-an hingga 2000-an tapi sejak kapan anime dan kartun ada? Nah hari ini kita bakal membahas tentang sejarah manga dan anime. Sebelum itu, apa sih perbedaan antara anime dan kartun? Anime adalah jenis animasi yang berasal dari Jepang, sedangkan kartun adalah bentuk seni visual bergambar dua dimensi.
Biasanya Anime merupakan pengembangan dari manga atau komik untuk itu kita perlu tau juga soal sejarah komik atau manga. Industri komik telah berkembang pesat di Amerika Serikat dan Inggris Raya. Industri ini memegang pengaruh di Taiwan, Korea Selatan, Filipina, dan India. Bahkan beberapa negara Islam, di mana komik yang mereka buat ini menggambarkan representasi dari beberapa figur selama berabad-abad, pada abad ke-21 memiliki komik yang kurang lebih didukung oleh pemerintah.
Di Tiongkok, setelah revolusi 1949, memberikan dukungan resmi kepada lianhuanhua (secara harfiah, “gambar-gambar yang terhubung”) untuk menceritakan kembali sejarah klasik dan berbasis opera, serta kisah-kisah revolusioner yang membangkitkan semangat, dengan gaya turunan klasik yang sangat halus. Pada Akhir abad ke-20 membawa gaya dan materinya makin bebas.
Jepang, sejauh ini merupakan pemilik industri komik terbesar di dunia. Tercatat pada tahun 1984 penjualan komik mencapai 1,4 miliar dan pada tahun 1995 meningkat menjadi 2,3 miliar eksemplar buku manga dan majalah per tahun—dan pada awal abad ke-21 komik merupakan 37 persen dari keseluruhan pasar penerbitan berdasarkan volume dan 23 persen berdasarkan nilai. Pada tahun 2002 ada 278 majalah manga yang berbeda.
Pada tahun itu cetakan edisi pertama dari satu volume dari seri manga One Piece adalah 2,6 juta. Tiga belas majalah Jepang yang menghasilkan lebih dari 17 juta yen ($160.000) dalam waktu setahun, dari capaian ini, industri manga/komik mempekerjakan 3.000 seniman; satu majalah, Shonen Jump, memiliki sirkulasi yang mencapai puncaknya pada tahun 1995 dengan 6,5 juta, dengan banyak pembaca mencapai sekitar 20 juta, atau satu dari enam orang di Jepang (Britanica ensiklopedia).
Di tahun 2000, manga telah menghasilkan 5,4 miliar yen ($43 juta) per tahun dalam penjualan (meningkat dua kali lipat dalam dekade dari awal 1980-an hingga 90-an), 75 persen di antaranya terkonsentrasi di tangan hanya empat perusahaan. Namun demikian, pada tahun 2008 pasar majalah manga jelas menurun. Tetap saja, buku komik adalah kekuatan budaya utama di Jepang, sebuah fakta kehidupan. Dalam terjemahan dan aslinya, mereka telah menembus pasar Amerika ($110 juta per tahun), di mana terdapat pengikut yang cukup banyak, mereka juga menginspirasi banyak film animasi.
Gaya manga Jepang, awalnya didominasi oleh konotasi istilah yang aneh dan bersifat cabul, pertama kalinya berasal dari cetakan ukiyo-e Hokusai pada tahun 1814. Manga ini mencerminkan tradisi panjang dalam seni humor. Sebagai media massa naratif dengan karakter berseri, manga dimulai sejak tahun 1902 di bawah pengaruh Amerika. Pada tahun 1920-an sampai 30-an manga secara eksklusif merupakan barang yang menyasar target pasar remaja, tetapi, dalam ledakan ekonomi setelah Perang Dunia II dan di bawah pengaruh Amerika yang, manga kemudian segera meluas hingga mencakup semua usia dan sektor sosial, dengan beragam materinya.
Umumnya saat itu, penekanan karakter dan latar cerita mengacu pada olahraga, remaja, dan petualangan samurai dan gangster, dengan banyak seks dan kekerasan yang sering dinaungi pornografi. Sebagian besar judul manga mengandung kata bahasa Inggris, dan, seperti di Barat, manga, kartun animasi (anime), dan video game sering bersimbiosis.
Kata anime adalah sebuah singkatan dari kata animasi. Di Jepang, anime digunakan untuk merujuk pada semua animasi, sebagaimana dikutip dari Wonderopolis. Adapun di tempat lain di dunia, orang menggunakan kata anime untuk merujuk secara khusus animasi dari Jepang.
Anime hadir di Jepang sejak awal abad ke-20, tepatnya pada 1907. Katsudo Shashin, adalah anime pertama dan tertua di dunia yang diproduksi Jepang. Namun, tidak diketahui siapa pembuat anime berdurasi tiga detik tersebut. Sedangkan Jepang baru memproduksi anime secara serius pada 1917. Kala itu, anime masih dikemas dalam animasi bisu dan tidak berwarna (hitam putih).
Para animator Jepang juga masih berupaya untuk mengembangkan pembuatan anime dengan berbagai teknik, yang terinspirasi dari animasi pendek buatan Perancis dan Amerika Serikat. Perkembangan anime juga mengalami pasang surut di Jepang. Terlebih karena pengaruh Perang Dunia II serta gempa besar Kanto pada 1923, yang membuat anime sempat ngadat produksinya. Pengaruh yang paling mendominasi adalah saat Perang Dunia II, karena membuat izin untuk penayangan anime di Jepang dipersulit.
Anime telah menjadi sangat populer di seluruh dunia, dan banyak penggemar mengagumi karakter-karakter animasi yang menarik, cerita yang mendalam, dan visual yang indah. Namun, sejarah anime sendiri cukup panjang dan beragam.
Pada tahun 1930-an, animasi Jepang menjadi semakin populer dan beberapa perusahaan animasi besar, seperti Toei Animation dan Tatsunoko Production, mulai terbentuk. Pada tahun 1960-an, anime menjadi populer di seluruh dunia setelah acara televisi Jepang “Astro Boy” tayang perdana pada tahun 1963. “Astro Boy” disutradarai oleh Osamu Tezuka, yang dikenal sebagai “Bapak Manga” dan memiliki pengaruh besar pada industri anime.
Pada tahun 1970-an, anime semakin berkembang dengan munculnya genre robot, seperti “Mobile Suit Gundam” dan “Macross”. Pada tahun yang sama, anime mulai menyebar ke luar Jepang, termasuk ke Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, anime menjadi populer di kalangan penggemar fiksi ilmiah dan fantasi.
Di tahun 1980-an, anime semakin populer di seluruh dunia dengan munculnya genre baru seperti “Sailor Moon” dan “Dragon Ball”. Pada tahun yang sama, Studio Ghibli, studio animasi yang didirikan oleh Hayao Miyazaki, merilis film animasi pertamanya, “Nausicaä of the Valley of the Wind”, yang menjadi sangat populer di seluruh dunia.
Dekade tahun 1990-an, anime semakin populer di seluruh dunia dan mulai menampilkan lebih banyak variasi genre, seperti “Neon Genesis Evangelion” dan “Pokemon”. Pada tahun yang sama, beberapa situs web mulai muncul yang menyediakan anime secara daring untuk ditonton secara streaming atau diunduh.
Anime semakin berkembang di tahun 2000-an dengan munculnya seri seperti “Naruto”, “Bleach”, dan “One Piece”. Pada tahun yang sama, studio animasi seperti Studio Bones dan Production I.G. mulai terkenal dengan kualitas animasi yang tinggi dan cerita yang mendalam.
Dalam beberapa tahun terakhir, anime telah menjadi semakin populer di seluruh dunia, dan film-film anime seperti “Your Name” dan “Demon Slayer: Mugen Train” telah menjadi sukses box office. Industri anime terus berkembang dan berkembang pesat, dan diharapkan akan terus berlanjut di masa depan.
Selain sebagai hiburan dan sumber inspirasi, anime juga telah digunakan sebagai media dan bahan propaganda untuk menyebarkan pesan politik atau sosial.
Di Jepang, anime telah digunakan sebagai media untuk menyebarkan pesan-pesan yang bertujuan untuk mempromosikan budaya Jepang dan nilai-nilai tradisional Jepang. Contohnya adalah anime “Sazae-san” yang tayang sejak tahun 1969 hingga sekarang dan menyajikan gambaran kehidupan keluarga Jepang yang sederhana dan penuh dengan nilai-nilai tradisional.
Namun, di sisi lain, anime juga dapat digunakan sebagai bahan propaganda yang bertujuan untuk mempengaruhi opini publik dan mengontrol pikiran orang. Pada masa Perang Dunia II, pemerintah Jepang menggunakan film animasi sebagai media propaganda untuk mempromosikan imperialisme dan mendukung perang Jepang.
Selain itu, anime juga digunakan sebagai media propaganda oleh kelompok-kelompok ekstremis di Jepang, seperti kelompok sayap kanan dan kelompok-kelompok nasionalis, untuk menyebarkan pandangan mereka yang ekstrem dan membentuk opini publik.
Di luar Jepang, anime juga digunakan sebagai bahan propaganda oleh beberapa negara. Sebagai contoh, pada tahun 1980-an, pemerintah Amerika Serikat menggunakan film animasi “GI Joe” dan “Transformers” sebagai media propaganda untuk mempromosikan militer Amerika Serikat dan memberikan gambaran positif tentang perang dan kekerasan.
Namun, anime juga dapat digunakan sebagai bahan propaganda untuk menyebarkan pesan positif dan mempromosikan perdamaian dan toleransi. Beberapa anime seperti “Naruto” dan “One Piece” memiliki pesan yang kuat tentang persahabatan, kepercayaan diri, dan persatuan yang dapat menginspirasi banyak orang dan memperbaiki citra sebuah negara.
anime dapat digunakan sebagai media dan bahan propaganda yang kuat untuk mempengaruhi opini publik dan mengontrol pikiran orang. Namun, hal ini juga dapat digunakan untuk menyebarkan pesan yang positif dan mempromosikan perdamaian dan toleransi. Penting untuk memahami bahwa anime bukanlah hanya sekadar hiburan semata, tetapi juga merupakan produk budaya yang dapat mempengaruhi pandangan dunia seseorang. Oleh karena itu, perlu bagi penonton untuk tetap kritis dan menyaring informasi dengan bijak ketika menonton anime.
Di Indonesia sendiri, anime telah dikenal sejak beberapa dekade yang lalu, namun belum begitu dikenal secara luas di kalangan masyarakat umum pada awalnya. Sejarah anime di Indonesia dimulai pada tahun 1970-an, ketika beberapa serial anime seperti “Candy Candy”, “Heidi”, dan “Marco” tayang di televisi nasional. Serial-serial ini menjadi sangat populer di kalangan anak-anak Indonesia pada saat itu dan memicu minat penonton Indonesia terhadap anime.
Memasuki fase tahun 1980-an, anime semakin populer di Indonesia dengan munculnya beberapa serial anime populer seperti “Doraemon”, “Dragon Ball”, dan “Saint Seiya”. Serial-serial ini disiarkan di televisi nasional dan menjadi fenomena budaya yang sangat besar di kalangan anak-anak Indonesia. Anime pada masa itu dianggap sebagai tontonan yang hanya cocok untuk anak-anak, dan jarang dipandang sebagai bentuk seni atau sastra yang serius.
Popularitas anime semakin meningkat di Indonesia pada tahun 1990-andengan munculnya serial anime baru seperti “Sailor Moon”, “Slam Dunk”, dan “Detective Conan”. Pada masa ini, anime mulai dianggap sebagai bentuk seni dan sastra yang serius oleh sebagian kalangan masyarakat Indonesia. Banyak penonton yang tertarik untuk mempelajari bahasa Jepang dan budaya Jepang melalui menonton anime.
Memasuki era 2010-an, perlahan tapi pasti anime menghilang dari layar televisi Indonesia. Beberapa harus mengalah karena jam tayangnya tergusur oleh jam tayang sinetron dan FTV yang lebih laris secara rating. Beberapa terpaksa angkat kaki akibat stasiun TV yang menyiarkannya mendapat teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), seperti Dragon Ball dan Crayon Shinchan. Aneh juga sih anime disensor seperti pada doraemon, lucunya lagi sensornya nyaris satu layar.
Tapi tenang saja, meski kini jumlah anime yang tayang di televisi tak lagi sebanyak era 1990-an dan 2000-an, kecanggihan internet membuat para penikmat anime tetap punya alternatif lain. Kehadiran komunitas-komunitas pecinta berat anime, platform media sosial bahkan website khusus anime baik legal maupun ilegal membantu menyajikan anime dengan subtitle berbahasa Indonesia hanya beberapa hari setelah tayang di Jepang. Jauh lebih cepat dibandingkan dengan masa kejayaan anime di televisi. Seiring dengan berkembangnya animasi di Indonesia, muncul pula beberapa animasi lokal yang mendapatkan perhatian dari masyarakat, seperti “Si Entong” dan “Boboiboy”.
Acara besar yang berhubungan dengan anime juga baru ada di Indonesia setelah masa keemasan anime di televisi berakhir, sebut saja Anime Festival Asia (AFA) dan Indonesia Comic Con (ICC). Bahkan sejak tahun 2012, AFA selalu mengadakan acara di Indonesia. Jadi, begitulah kira-kira sejarah anime hingga sampai ke Indonesia. Setelah menulis ini, rasanya saya ingin bernostalgia dengan kembali menyaksikan Doraemon di ANOBOY.
Apakah sekarang kalian masih suka mengikuti anime? Anime apa yang paling kalian sukai?
Asriadi Lakoro
(Pendiri Inomasa Studi Club)
Rujukan:
britanica ensiklopedia
Kompas.com,
detik.com,
wikipedia,
katadata.co.id,
bobo.grid.id,
kreativv.com,
idseducation.com,
connx.id,
Montasefilm