By, Pinterest |
Aku berdiri dalam bangsal ini,
Harapan hingga ratapan bersenandung penuh irama.
Teriakan, tangisan, bercampur baur dalam satu nada.
Semua keakuan gugur,
Semua Izah luntur,
Semua kepongahan pudar.
Mereka, menengadakan tangan;
Memanjatkan bait-bait harapan.
Hingga harapan itu pecah menjadi tangisan
Bulir-bulir air nampak dikelopak mata,
Bagaimana tidak, mereka cemas
Israil, Yama, dan Grim Reaper
Sedang menanti nafas terakhir.
Di bangsal ini, nampak
Derap langkah kaki seakan berkompetisi,
Berlalu lalang hingga berlari.
Diseberang sudut bagsal ini
Terdengar jelas lantunan ayat-ayat suci;
Dari Al-Quran, Al-Kitab, Tripitaka hingga Weda.
Disetiap sanubari mereka terpatri sebuah ambisi;
Kembali bersama dan saling berbagi hari.
Tak jauh dari tempatku berdiri,
Teriakan dan hujatan diarahkan untuk tuhan;
Mereka tak tahan menyaksikan yang terkasih terbujur kaku di atas ranjang
Tak berdaya dan bernafas.
Oh, Halikul Jabbar, kini semua itu nampak nyata
Bangunan kengkuhan manusia roboh seketika.
Hati yang penuh penyangsian, kini beriman.
Tangan yang selalu menuduk, kini menengadah.
Kaki yang selalu melangkah jauh, kini mendekat.
Serta mulut yang senantiasa bersahutan, kini diam seribu alasan.
Penulis:
Siswandi
Kader Inomasa Study Club (ISC)