Menu

Mode Gelap
 

Puisi · 22 Des 2020 07:22 WITA ·

Puisi | Dekret Tuhan


 Puisi | Dekret Tuhan Perbesar

By, Pinterest



Aku berdiri dalam bangsal ini,
Harapan hingga ratapan bersenandung penuh irama.
Teriakan, tangisan,   bercampur baur dalam satu nada.
Semua keakuan gugur,
Semua Izah luntur,
Semua kepongahan pudar.

Mereka, menengadakan tangan;
Memanjatkan bait-bait harapan.
Hingga harapan itu pecah menjadi tangisan
Bulir-bulir air nampak dikelopak mata,
Bagaimana tidak, mereka cemas
Israil, Yama, dan Grim Reaper
Sedang menanti nafas terakhir.
Di bangsal ini, nampak
Derap langkah kaki seakan berkompetisi,
Berlalu lalang hingga berlari.
Diseberang sudut bagsal ini
Terdengar jelas lantunan ayat-ayat suci;
Dari Al-Quran, Al-Kitab, Tripitaka hingga Weda.
Disetiap sanubari mereka terpatri sebuah ambisi;
Kembali bersama dan saling berbagi hari.

Tak jauh dari tempatku berdiri,
Teriakan dan hujatan diarahkan untuk tuhan;
Mereka tak tahan menyaksikan yang terkasih terbujur kaku di atas ranjang
Tak berdaya dan bernafas.

Oh, Halikul Jabbar, kini semua itu nampak nyata
Bangunan kengkuhan manusia roboh seketika.
Hati yang penuh penyangsian, kini beriman.
Tangan yang selalu menuduk, kini menengadah.
Kaki yang selalu melangkah jauh, kini mendekat.
Serta mulut yang senantiasa bersahutan, kini diam seribu alasan.



Penulis:
Siswandi
Kader Inomasa Study Club (ISC)
Artikel ini telah dibaca 0 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Puisi | Anak Tangguh

30 Juli 2021 - 20:25 WITA

Antara Bintauna dan Jakarta

27 Mei 2021 - 15:17 WITA

Puisi | Era Bersandiwara

25 Mei 2021 - 17:42 WITA

Idealnya Kita

23 Mei 2021 - 00:52 WITA

Puisi | Apersepsi Emosi

1 April 2021 - 10:47 WITA

Puisi | Melucui Realitas

18 Maret 2021 - 22:19 WITA

Trending di Puisi