Puisi | Dekret Tuhan

35 sec read

By, Pinterest



Aku berdiri dalam bangsal ini,
Harapan hingga ratapan bersenandung penuh irama.
Teriakan, tangisan,   bercampur baur dalam satu nada.
Semua keakuan gugur,
Semua Izah luntur,
Semua kepongahan pudar.

Mereka, menengadakan tangan;
Memanjatkan bait-bait harapan.
Hingga harapan itu pecah menjadi tangisan
Bulir-bulir air nampak dikelopak mata,
Bagaimana tidak, mereka cemas
Israil, Yama, dan Grim Reaper
Sedang menanti nafas terakhir.
Di bangsal ini, nampak
Derap langkah kaki seakan berkompetisi,
Berlalu lalang hingga berlari.
Diseberang sudut bagsal ini
Terdengar jelas lantunan ayat-ayat suci;
Dari Al-Quran, Al-Kitab, Tripitaka hingga Weda.
Disetiap sanubari mereka terpatri sebuah ambisi;
Kembali bersama dan saling berbagi hari.

Tak jauh dari tempatku berdiri,
Teriakan dan hujatan diarahkan untuk tuhan;
Mereka tak tahan menyaksikan yang terkasih terbujur kaku di atas ranjang
Tak berdaya dan bernafas.

Oh, Halikul Jabbar, kini semua itu nampak nyata
Bangunan kengkuhan manusia roboh seketika.
Hati yang penuh penyangsian, kini beriman.
Tangan yang selalu menuduk, kini menengadah.
Kaki yang selalu melangkah jauh, kini mendekat.
Serta mulut yang senantiasa bersahutan, kini diam seribu alasan.



Penulis:
Siswandi
Kader Inomasa Study Club (ISC)

Akulah yang Kalah

Dalam hening malam yang menghanyutkan, aku di samudera kesendirian, hingga terperangkap di pusaran hati yang sepi menenggelamkan ku ke dalam dasar kesedihan. Aku tak...
admin
38 sec read

RAMADHAN BERPUISI

1.// Judul Puisi : Bulan Puasa Penulis : Sulistiawati Husaini Peserta : Kelas Literasi Menulis Puisi di Rumah Baca Alipa Isi Puisi :  ...
admin
1 min read

Puisi | Anak Tangguh

  Aku, sanggupkah menggantikan mu? Merasakan beratnya hidup yang kau pikul meniti tiap jengkal jalan yang mengiris bagai sembiluh demi sekertas uang, sesuap nasi...
admin
25 sec read

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *