LONG-LONG : Mainan Tradisional Bulan Ramadhan yang Hilang di Makan Zaman

3 min read

Ilustrasi, Teras Inomasa

Salam sejahtera sahabat TI, dan apa kabar kalian semua, semoga semuanya senantiasa dalam kondisi sehat wal afiat, dan terus dapat melakukan aktivitas dan rutinitas selama bulan puasa tahun ini. Bagi sahabat TI yang hendak beristirahat saya ucapkan selamat beristirahat, dan bagi yang masih bekerja dan beraktivitas meski sedang berpuasa selamat menjalankan tugas, semoga semua berjalan dengan mudah dan puasanya lancar. Aamiin…
Baiklah sahabat TI semuanya, kali ini saya akan mencoba menulis tentang permainan tradisional disaat bulan Ramadhan, tentunya jenis permainan yang mungkin anak milenial tak ada yang tahu betapa menyenangkan permaianan ini di masa lalu. Permainan yang satu ini sangat popular dikalangan anak lelaki bahkan anak perempuan di tahun 90-an yang merupakan tahun keemasan permainan tradisional, permainan yang akan saya ceritakan kali ini adalah petasan yang terbuat dari pohon bambu, salah satu petasan yang pernah jaya pada masanya.
Petasan ini merupakan permainan tradisional yang diperkirakan terinspirasi dari senjata meriam yang dipakai oleh bangsa Portugis saat berupaya menduduki wilayah Nusantara pada abad ke-16.
Cara memainkannya pun nyaris sama dengan cara menggunakan meriam sungguhan, yakni dengan menyulut lubang yang dibuat di pangkalnya dengan menggunakan api.
Pembuatan petasan ini berbahan utama batang pohon bambu. Dalam memilih batang bambu yang akan digunakan harus memperhatikan usia dan diameternya, karena hal tersebut akan mempengaruhi kualitas suara yang dihasilkan nantinya.
Semakin tua usianya dan semakin lebar diamaternya, maka akan semakin baik pula suara letupan yang akan dihasilkan. Mewaspadai agar batang bambu tidak mudah pecah, biasanya batang bambu akan diikat dengan lilitan kawat, tali nilon, atau karet ban.
Untuk menghasilkan suara petasan ini biasanya membutuhkan bahan bakar berupa minyak tanah. Minyak tanah ini dimasukkan ke dalam bambu melalui lubang kecil yang dibuat pada pangkal bambu sesuai takaran yang diperlukan.
Sebagai alat penyulut, digunakan ranting kayu kering atau bilah bambu yang dilicinkan hingga seukuran sumpit, kemudian dicelupkan ke minyak tanah lalu diberi api.
Permainan petasan ini hampir membudaya di seluruh daerah di Bolaang Mongondow Utara, lebih khususnya di Nusantara. Sehingga banyak nama yang disematkan pada permainan ini berdasarkan masing-masing daerah. Di Bolang Itang sendiri dikenal dengan nama Long-long.
Ada yang khas dari permainan long-long ini, yakni bisa dimainkan pada saat bulan Ramadhan saja. Terutama pada saat malam takbiran atau malam sebelum lebaran tiba. Dengan kata lain, untuk memainkan long-long ini, harus menunggu satu tahun lamanya.
Di beberapa daerah permainan ini seakan sudah menjadi tradisi, karena sudah dimainkan secara turun-temurun dan rutin pada setiap bulan Ramadhan.
Permainan tradisional khas Ramadhan ini sangat digemari oleh anak-anak dan remaja lelaki. Dan acap kali membuat pusing ibu-ibu rumah tangga tatkala anak laki-lakinya kecanduan memainkan permainan ini. Karena berdampak pada persediaan minyak tanah yang dengan tiba-tiba bisa berkurang dengan drastis.
Biasanya, selain dimainkan pada malam setelah salat tarawih, tidak jarang long-long juga dimainkan pada siang atau sore hari. Anak-anak dan remaja lelaki akan berkumpul, kemudian berbagi tim untuk memainkan permainan ini. Mereka akan mengadu keras suara long-long milik mereka.
Letupan demi letupan akan sahut-menyahut, layaknya seperti sedang terjadi perang. Umumnya long-long ini dibunyikan di tempat-tempat yang luas dan jauh dari pemukiman penduduk, seperti di lapangan, di ladang, di kebun, persawahan, dan di tempat lainnya. Pasalnya, meski dari bambu (buluh), namun letupannya mencapai hingga radius kilometer jauhnya.
Namun sayang, sekarang di kampung saya tak terdengar lagi suara letupan long-long saat bulan Ramadhan tiba. Gema letupannya tak terdengar lagi menjelang buka puasa maupun sahur. Anak-anak di kampung kini lebih suka bermain petasan dan mercon.
Mainnya pun tak mengenal waktu. Kadang siang hari, namun paling sering malam hari. Tempat bermain petasan juga berbeda-beda. Kadang saya melihat anak tetangga saya memainkannya di halaman rumah. Namun saya melihat anak-anak lebih banyak memainkannya di halaman masjid ketika menjelang salat Tarwih. Bahkan saat salat pun suaranya masih terdengar dan menjadi-jadi. Kadang ada nada jengkel dari jamaah masjid seusai salat. Mereka mengaku sangat terganggu suara petasan dan mercon.
Saya membandingkan ketika zaman saya dulu bermain meriam bambu/long-long. Tujuannya hanya untuk membangunkan warga kampung bersantap atau makan sahur. Kalau bermain petasan yang mengeluarkan kembang api yang dilakukan anak tetangga saya, justru saya melihatnya tidak lebih dari kesenangan semata. Senang melihat kembang apinya dan gembira mendengar letupannya.
Saya rindu bermain long-long. Saya rindu melihat anak-anak sekarang melakukan hal yang sama dengan yang kami lakukan dulu: membangunkan warga untuk sahur. Bukan mengagetkan jamaah masjid yang khusyu melaksanakan ibadah salat.
Saya rindu pematang sawah dimana berjejeran long-long atau meriam bambu. Meletupkannya dan disambut gembira warga kampung. Long-long saat itu sukses menjadi “mesin pengingat”. Namun sekarang, terganti dengan mesin pengingat lain: alarm telepon selular.
Seiring tergerus zaman, keasyikan bermain long-long seakan tinggal kisah untuk dikenang. Perlahan di berbagai daerah khususnya Bolang Itang saat bulan Ramadhan seperti sekarang ini, letupan long-long dengan bunyi menggelegar kini hampir tidak lagi terdengar bahkan sudah hilang. Kebiasaan perang-perangan letupan long-long oleh anak-anak dan remaja yang dulu mewarnai Ramadhan pun mulai ditinggalkan.
Selain faktor sulitnya mencari minyak tanah sejak pemerintah melakukan konversi minyak tanah ke gas LPG, saat ini sudah tak banyak lagi didapati lapangan yang luas untuk memainkan long-long. Sehingga jika dimainkan di lahan yang sempit bisa mengganggu ketenangan warga, situasi ini membuat permainan long-long kian ditinggalkan bahkan dilupakan.
Tambah lagi sekarang sudah gampang ditemui petasan produksi pabrik dengan jenis bermacam-macam dan bunyi yang nyaring di udara saat dibakar, menjadikan pilihan baru untuk menggantikan permainan long-long. Sedih…

__________________

Herman Dunggio,

Penulis ini masih malu-malu untuk menceritakan dirinya. Dapat ditemui di Instagram @dunggio94_

Ramadhan dan Bola Api

www.terasinomasa.club Selepas shalat tarawih saya dan kaka tertua, duduk berbincang di depan Rumah tempat di mana kami bermain dulu. Di tempat itu, yakni sebuah...
admin
2 min read

Sawer, dan Sekelumit Mengapa

Sumber gambar, pinterest Di situasi tertentu, sawer itu amat diharapkan. Dalam pertunjukkan seni, para penyanyi dangdut, dalang topeng, berokan, atau sinden, sangat senang disawer....
admin
2 min read

Tradisi Masyarakat Muslim Bolaang Mongondow: Awal dan Akhir Ramadan

Sumber foto dari penulis  Bulan ramadan adalah bulan suci yang penuh berkah dan ampunan bagi umat Islam. Datangnya bulan suci ramadan selalu disambut antusias...
admin
3 min read

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *