Idealisme dan politik adalah dua konsep yang terkait erat dalam filsafat. Idealisme adalah teori bahwa realitas, dasarnya adalah ide atau pikiran, sedangkan materi adalah hanya manifestasi dari ide tersebut. Politik, di sisi lain, adalah studi tentang bagaimana kekuasaan dan pengaruh didistribusikan di antara anggota masyarakat.
Dalam konteks politik, idealisme dapat diartikan sebagai keyakinan bahwa masyarakat dapat dipimpin dan diatur dengan cara yang benar-benar ideal, dengan keadilan dan kesetaraan yang sempurna. Idealisme politik sering kali mencari untuk mengatasi ketidakadilan dan kesenjangan sosial, serta mempromosikan nilai-nilai seperti kebebasan, kesetaraan, dan keadilan.
Namun, seperti yang terlihat dalam sejarah politik, idealisme politik seringkali sulit diwujudkan dalam kenyataan. Keinginan untuk mencapai keadilan dan kesetaraan seringkali bertentangan dengan kenyataan politik yang penuh dengan kepentingan, kekuasaan, dan perbedaan pendapat. Oleh karena itu, banyak kritikus menganggap idealisme politik sebagai sesuatu yang tidak realistis dan naif.
Namun, idealisme politik juga bisa dipahami sebagai suatu bentuk idealisme yang menantang status quo. Idealisme politik dapat mendorong perubahan dan transformasi sosial yang dapat membawa perubahan positif bagi masyarakat. Sebagai contoh, gerakan hak sipil dan gerakan feminis adalah contoh idealisme politik yang berhasil membawa perubahan positif bagi masyarakat.
Dalam hal ini, idealisme politik bisa dipandang sebagai suatu bentuk filsafat politik yang mengusulkan suatu pandangan tentang bagaimana masyarakat ideal harus diatur. Meskipun sulit untuk mencapai masyarakat yang benar-benar ideal, idealisme politik tetap memiliki nilai filosofis yang penting, karena ia dapat memotivasi orang untuk mencoba mencapai keadilan dan kesetaraan dalam masyarakat.
Dalam konteks ini, Idealisme dapat terlihat pada berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam politik. Bagi sebagian orang, ikut berpolitik adalah sebuah bentuk idealisme, yaitu dengan memperjuangkan kepentingan dan nilai-nilai yang dianggap benar untuk diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Namun, keputusan untuk ikut berpolitik tidaklah mudah. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan sebelum seseorang memutuskan untuk memasuki dunia politik. Pertama, seseorang harus memahami tugas dan tanggung jawab yang akan diemban dalam dunia politik. Seorang politisi bertanggung jawab untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat, bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri atau kelompok tertentu.
Kedua, seseorang harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang sistem politik, prosedur, dan regulasi yang berlaku dalam pemerintahan. Hal ini diperlukan untuk menghindari terjadinya kesalahan atau tindakan yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.
Ketiga, seseorang harus memiliki integritas dan etika yang baik. Seorang politisi harus mampu mempertahankan integritasnya dalam mengambil keputusan dan tindakan, serta mampu menghargai hak asasi manusia dan nilai-nilai moral yang berlaku dalam masyarakat.
Keempat, seseorang harus memiliki kompetensi dan kapasitas yang memadai. Seorang politisi harus mampu berkomunikasi dengan baik, memimpin dengan bijaksana, dan mengambil keputusan yang tepat dan adil dalam situasi yang kompleks.
Dalam konteks idealisme, keputusan untuk ikut berpolitik dapat dipengaruhi oleh nilai-nilai moral dan filosofis yang diyakini oleh seseorang. Misalnya, jika seseorang memegang nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan, maka ia mungkin akan terdorong untuk memasuki dunia politik untuk memperjuangkan nilai-nilai tersebut.
Namun, tidak semua orang yang memiliki nilai-nilai idealisme ingin atau bisa terjun ke dalam dunia politik. Ada beberapa orang yang lebih memilih untuk berkontribusi dari luar, seperti dengan menjadi aktivis atau pengamat politik. Ada pula yang memilih untuk memperjuangkan nilai-nilai mereka dalam organisasi masyarakat sipil atau melalui media sosial.
meskipun demikian, keputusan untuk ikut berpolitik harus dipertimbangkan secara matang, nilai-nilai idealisme juga tidak boleh diabaikan. Idealisme dapat menjadi sumber motivasi bagi seseorang untuk terus berjuang dalam mencapai tujuannya, termasuk dalam dunia politik.
Namun, penting untuk diingat bahwa idealisme harus disertai dengan pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang dunia politik. Idealisme yang berlebihan tanpa pemahaman yang memadai dapat menjadi bumerang bagi seseorang, terutama dalam konteks politik yang kompleks dan beragam.
Sebagai seorang politisi, seseorang juga harus mampu mengakomodasi berbagai sudut pandang dan kepentingan yang berbeda, serta mampu menjalin kerja sama dan negosiasi dengan pihak lain. Oleh karena itu, keputusan untuk ikut berpolitik harus dilakukan dengan sikap kritis dan realistis, tanpa mengabaikan nilai-nilai idealisme yang dipegang.
Selain itu, sebagai masyarakat, kita juga perlu mendukung dan memperjuangkan nilai-nilai idealisme yang dianggap penting untuk diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kita dapat melakukan hal tersebut melalui partisipasi dalam organisasi masyarakat sipil, media sosial, atau melalui cara-cara lain yang sesuai dengan kepentingan dan kapasitas kita.
Sebagai kesimpulan, keputusan untuk ikut berpolitik harus dipertimbangkan secara matang dan tidak hanya didasarkan pada nilai-nilai idealisme semata. Seorang politisi harus memiliki pengetahuan, kompetensi, dan integritas yang memadai untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat secara adil dan bertanggung jawab. Namun, nilai-nilai idealisme juga dapat memotivasi seseorang untuk terjun ke dalam dunia politik dan berkontribusi dalam mencapai kebaikan bersama.
Asriadi Lakoro
(Pendiri Inomasa Studi Club)