![]() |
Gambar: terasinomasa.club |
H.T Usup atau Hj. Hunggu Tajuddin Usup merupakan kontributor
utama dalam literatur yang berkaitan dengan kajian bahasa Mongondow-Gorontalo
(Sulawesi Utara). Malam hari tanggal 3 Juli 2010, tepat 69 tahun H.T Usup meninggal
di kampung halamannya, di Bolangitang (Kabupaten Bolaang Mongondow Utara,
Provinsi Sulawesi Utara), setelah mengalami sakit selama sebulan yang membuat ia
tidak bisa menggunakan kakinya, pun begitu tekad dan semangat H.T Usup tidak
pernah redup. Ia lahir pada 23 Desember 1940, putra dari Tadjudin Usup dan Tati
Pontoh, putri terakhir Bondji Pontoh, mantan raja kerajaan Bolangitang.
Orang mengenalnya dengan Prof. Usup atau Pak Usup.
Pada tahun 1974 ia menjadi asisten dosen di Institut Keguruan Ilmu Pendidikan
(IKIP), Manado, di Universitas Sam Ratulangi (IKIP kemudian dipindahkan ke
Universitas Negeri Manado di Tondano), dan pada tahun 1980 menjadi profesor
penuh di sana, posisi yang dipegangnya sampai meninggal dunia.
Ia menerima gelar BA dan MA dari IKIP Manado, dan
gelar doktornya di IKIP Jakarta (berbasis di Universitas Indonesia) tahun 1986.
Ia mempertahankan disertasinya, dengan judul Rekonstruksi Protobahasa Gorontalo-Mongondow, pada 11 Oktober 1986,
setelah menghabiskan 13 bulan di Leiden 1985-86, dan 10 bulan di Jerman pada tahun 1987. Bisa
dikatakan, ini mungkin merupakan
kontribusi terpentingnya dalam dunia lingustik, yang merekonstruksi
berdasarkan data yang ada dari 1.645 item kosa kata di sembilan bahasa yang terdiri
dari sub-kelompok Gorontalo-Mongondow, yang sebagian besar tidak terdokumentasi dengan baik, dan satu di
antaranya (Ponosokan) kemungkinan akan lenyap dalam dekade berikutnya atau
lebih, sebab saat ini tinggal lima penutur usia lanjut.
Pak Usup juga bekerja dalam Projek Pengembangan
Bahasa Indonesia, dan selama dekade akhir hidupnya, ia mengelola Balai Bahasa
di Manado, perpustakaan yang hampir
semua berisi buku lokal tentang bahasa
di Sulawesi Utara dan lainnya. Banyak waktunya dihabiskan mengajar sekaligus
mempromosikan lingustik dan bahasa di Sulawesi Utara. Ia sangat senang untuk menerima
pengunjung yang berminat dengan bahasa, itu mempunyai tempat spesial di hatinya,
dan ia tak segan memuji setiap orang asing yang pemahaman bahasa Indonesianya
cukup untuk berbicara dengannya. Dia juga suka menceritakan kisahnya selama
belajar sejarah lingustik di luar negeri di bawah asuhan Bernd Nothofer, James
Sneddon, Jack Prentice, dan Robert Blust, orang-orang yang mendukung dan sangat
penting baginya, sehingga sering disebut
dalam perbincangan santai bahkan di beberapa dekade kemudian.
Prof Usup adalah pribadi yang dikagumi dan dicintai oleh setiap
orang yang mengenalnya, dan tidak ada yang tidak menyukainya. Tak mengherankan,
mengingat sikapnya yang baik, murah hati, enerjik, dan pencapain yang ia
buat untuk bahasa ibunya juga daerah
kelahirannya. Entah di kampung halamannya atau tempat lain di sub
provinsi Bolaang Mongondow, ia tersebar luas sebagai salah satu orang pertama
yang mendapatkan gelar doktor, dan sebagai peneliti yang membantu mempromosikan
bahasa daerah di provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah.
Hunggu Tadjuddin Usup merepresentasikan sebagai hal
yang di banyak tempat di dunia hanya bisa memimpikannya: seorang talenta lokal
yang belajar bukan hanya di ibu kota negara lebih dari itu ia bahkan belajar di
negara Barat, pun begitu ia tidak
terlena dengan posisi high-rangking-nya
di Nasional untuk meninggalkan tempat kelahirannya (Sulawesi Utara). Hingga akhir,
ia menolak untuk menjalani pengobatan di rumah sakit setempat atau Jakarta, ia lebih memilih kenyamanannya di rumah
bersama keluarga dibanding pengobatan dan teknologi yang mungkin dapat
membantunya hidup lebih lama. Ia akan dirindukan bukan hanya oleh kolega, mahasiswa, keluarga dan teman, tapi
juga oleh semua yang merasakan manfaat dari kontribusinya pada dunia akademik
dan upaya membangun sekaligus mempromosikan provinsi asalnya.
Diterjemahkan dari artikel yang ditulis oleh Jason
Wililiam Lobel dalam Oceanic Linguistics, Vol. 50, No. 1 (Juni 2011), berjudul, Dr. Hj. Hunggu Tadjuddin Usup, 1940-2010:
Northern Sulawesi Linguist.
Penyaji alih bahasa: Ersyad Mamonto