Menu

Mode Gelap
 

Esai · 25 Nov 2022 05:53 WITA ·

GURU : Masihkah Sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa?


 GURU : Masihkah Sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa? Perbesar

Sumber gambar, Pinterest

“Guru adalah anggota masyarakat yang paling bertanggung jawab dan penting karena upaya profesional mereka mempengaruhi nasib bumi.” – Helen Caldicott

Guru sosok yang sangat mulia bagi kita. Mengingat begitu banyak peran dan jasanya, sehingga sebagai seorang murid mendapat manfaat baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain . Oleh karena itu wajar kiranya kalau kita memberikan apresiasi sangat tinggi kepada guru. Mulai dari presiden sampai jabatan terendah pernah dididik oleh manusia bergelar guru. Masih ingat dalam benak penulis saat masih duduk disekolah dasar tatkala itu masih kelas satu, penuh dengan ketidaktahuan perihal ilmu. Mulai dari membaca, menulis sampai berhitung, maka guru memberikan pelajaran yang penuh dengan kesabaran sampai para siswa mahir dalam membaca, menulis dan berhitung. Selama enam tahun dididik dan diajarkan terkait dengan ilmu pelajaran, guru ikhlas dalam mendidik. Dan melanjutkan ke tingkat sekolah menengah pertama yang disingkat SMP, masih tidak terlepas dari didikan seorang guru. Pada Sekolah Menengah Atas (SMA), penulis teringat pesan seorang guru pada kami sebagai siswa tat kala itu, kalau ingin berhasil jadilah sebagai anak tangga. Karena anak tangga itu sanggu dirinya dipijak-pijak oleh siapa saja tetapi untuk mengantarkan kesuksesan orang memijaknya. Berbeda dengan anak panah terusnya, karena biasanya anak panah yang telah lepas dari busurnya ia tidak akan pernah kembali melihat siapa yang telah mengantarkannya ke sebuah kesuksesan. Juga seperti lilin yang senantiasa menerangi kegelapan tapi ia habis akan api yang membakar tubuhnya. Analogi yang ia katakan itu kepada kami sebagai siswa ketika pada acara peringatan hari guru. Guru yang senantiasa memberikan ilmu pengetahuan diberbagai mata pelajaran itu menjadikan para siswa dapat menentukan masa depan. Dengan bekal ilmu yang diberikan oleh seorang guru kepada para siswa diharapkan mampuh mempertahankan kehidupannya di masa akan datang.

Guru “Gugu dan Tiru”. Guru ada yang mengatakan guru itu gugu dan ditiru. Pertama gugu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dapat diartikan mempercayai, menuruti dan mengindahkan. Dipercaya, sosok guru dapat dipercaya mampuh merubah pola pikir yang membuat siswa tercerahkan dan menambah informasi yang sebelumnya tidak tahu menjadi mengetahuinya. Maka tidak jarang kalau banyak orang tua siswa memberikan kepercayaan kepada guru untuk mendidik anak-anaknya. Yang paling unik ada seorang anak terkadang lebih percaya dan patuh pada ucapan gurunya daripada orangtuanya sendiri walau pun orang tuanya itu seorang guru juga ditempat yang lain. Dituruti, tentunya kita masih ingat waktu ketika duduk di sekolah dasar. Saat ada tugas diberikan kepada siswa, kadangkala kita berdebat dengan orang tua. Kalau yang diperintahkan guru itu seperti itu dan biasanya orang tua juga bilang kalau itu bisa saja yang lain. Dan anak pun lebih menuruti perintah gurunya.

Sikap guru juga menjadi penting agar para murid melihat keteladanan dalam kesehariannya. Real model menjadi salah satu diantara banyak cara murid melihat sosok seorang guru. Tidak hanya sikap yang baik, mulai cara berpakaian pun juga akan menjadi sorotan para siswa. Maka sangat dianjur seorang guru berpenampilan yang rapi dan menarik perhatian murid. Kita bisa bayang kan kalau seorang guru tidak peduli dengan gaya dan penampilan yang menarik. Murid dapat memberikan penilaian dan beragam komentar pada guru yang demikian.

Berbicara perihal guru pasti tidak lepas dari kata ‘pahlawan’. Selain peristiwa yang melatarbelakanginya, dalam pikiran saya terlintas akan istilah pahlawan tanpa tanda jasa. Istilah yang dilekatkan untuk para guru ini sudah akrab di telinga saya semenjak saya kecil. Namun, ketika saya sendiri menjadi dewasa, saya nyaris lupa sebutan itu sampai pada sebuah kesempatan saya sempat menyakan kepada adik-adik SD yang bersekolah di kampungku perihal apa cita-cita mereka. Banyak diantara mereka bercita-cita menjadi guru. Mereka mengatakan bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, karena tugasnya yang mulia dan besar jasanya. Benarkah guru (masih) pekerjaan yang mulia dan berjasa sehingga (masih) pantas disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa?

Media masih saja menyajikan berita tentang tindak kekerasan oleh guru terhadap siswa. Kebanyakan kasus ini berakhir dengan kesepakatan damai antara pihak guru dan keluarga korban. Meskipun demikian, peristiwa ini tetap akan meninggalkan pengalaman belajar yang buruk bagi korban. Tidak dapat dipungkiri bahwa seorang siswa dapat melakukan perbuatan yang tidak semestinya dan membuat kesal gurunya.

Akan tetapi, hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk membenarkan adanya hukuman fisik maupun verbal yang mengarah pada tindakan yang tidak memanusiakan mereka. Pendisiplinan tidak melulu dilakukan dengan cara itu karena tidak menjamin adanya perubahan sikap. Kalaupun ada perubahan perilaku, pastilah didasari oleh rasa takut bukan karena adanya dorongan untuk belajar dengan lebih baik.

Tentu saja ini bukan motivasi yang benar. Guru sebagai seorang pahlawan akan memotivasi para siswanya dan melakukan koreksi terhadap pilihan siswanya yang salah dengan hal dan cara yang baik. Ada pula guru yang harus berurusan dengan aparat kepolisian karena melakukan pelecehan terhadap muridnya. Guru yang pada hakikatnya menjadi teladan malah melakukan tindakan yang sangat tercela. Kejadian ini amat disayangkan karena pendidik tidak menunjukkan sikap dan karakter yang dapat dicontoh oleh siswanya.

Padahal banyak orang mengatakan kalau anak didik mungkin akan lupa isi pelajaran yang diajarkan oleh seorang guru tetapi tidak akan pernah lupa sikap dan cara guru mengajar. Jika seorang guru melecehkan muridnya, potret guru seperti apakah yang dikenang oleh anak didiknya? Tentu bukan guru yang menjadi sosok pahlawan bagi mereka, justru sebaliknya.

Selain itu, Indonesia juga diramaikan dengan pemberitaan guru yang mendapat perlakuan yang tidak pantas baik oleh orang tua maupun murid, seperti yang terjadi di SMAN 2 Makassar beberapa bulan silam. Guru di sekolah tersebut dipukul oleh seorang ayah lantaran tidak terima dengan cara guru itu memperlakukan anaknya. Peristiwa ini sangat memilukan karena tidak hanya merendahkan profesi guru tetapi juga berdampak luas dalam dunia pendidikan di Indonesia. Contohnya adalah membuat guru enggan mendisiplinkan para siswa seperti yang dikatakan beberapa guru yang saya temui pada sebuah kesempatan. Mereka mengaku sangat hati-hati dalam mendisiplinkan muridnya. Mereka takut dilaporkan kepada pihak berwajib atau mendapat perlakuan buruk dari wali murid jika memberikan hukuman pada anak-anak didiknya. Apa jadinya pendidikan tanpa pendisiplinan? Untuk apa ada peraturan di sekolah jika tidak dibarengi dengan konsekuensi untuk pelanggar? Bukankah dengan mematuhi peraturan sekolah anak-anak belajar disiplin dan latihan untuk taat pada aturan serta otoritas? Lalu, apakah guru yang berjasa akan membiarkan siswanya untuk terus melakukan kesalahan karena takut berurusan dengan orang tua murid bahkan kepolisian? Apakah akan ada rasa hormat jika para siswa melihat guru tidak berdaya melihat adanya pelanggaran di kelasnya sendiri?

Terakhir, profesi guru sempat menjadi perbincangan setelah adanya tunjangan sertifikasi guru. Tidak sedikit yang mempertanyakan kelayakan penerima tunjangan sehubungan dengan kompetensi mereka. Setiap profesi tentu pantas mendapat penghargaan dan terjamin kesejahteraannya termasuk guru.

Namun, jika tidak dibarengi dengan kinerja yang bagus tentu akan membangun opini publik yang negatif terhadap profesi itu. Apakah profesi guru akan dianggap mulia jika para pendidik terjamin kesejahteraannya namun minim keterampilan mengajar? Apakah guru akan dihargai jika terlena oleh fasilitas sekolah yang lengkap dan tunjangan yang baik namun kinerjanya tidak memuaskan, sedangkan di sisi lain ada guru -guru mengajar di tempat yang tidak lagi layak untuk disebut gedung sekolah?

Jadi, apakah istilah pahlawan tanpa tanda jasa masih relevan untuk profesi guru? Bagi saya pribadi, yang membuat sebuah profesi terlihat mulia adalah cara orang menghidupi pekerjaan itu karena ada orang yang menggeluti profesi yang dianggap remeh namun bisa memberikan dedikasi luar biasa, bekerja dengan “bersih” dan memberikan manfaat bagi sesama. Istilah guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa akan terus melekat dan bergema di Indonesia.

Gemanya terdengar indah jika para guru dapat terus menjalani profesinya dengan sepenuh hati, menjadi teladan, membagikan pengetahuan yang benar, dan menghidupkan mimpi anak didiknya. Tiada hal yang dapat membalas pengabdian dan dedikasi mereka dalam upaya mendidik dan menyiapkan anak-anak menjadi generasi penerus bangsa yang luas wawasannya dan terpuji karakternya. Kelak para siswa akan menyadari bahwa dibalik kesuksesan mereka ada guru-guru yang tidak kenal lelah mendidik mereka. Itulah pahlawan tanpa tanda jasa yang sebenarnya.

“Hargai dan hormati gurumu. Ilmu yang kau bangga-banggakan di forum-forum diskusi, tidak lain tidak bukan adalah hasil upaya seorang guru yang tak pernah putus asa untuk mencerdaskan anak bangsa.” 

SELAMAT HARI GURU JUM’AT 25 NOVEMBER 2022…

Penulis,

Herman Dunggio

Artikel ini telah dibaca 2 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

ODI PURWANTO : “Seniman Beladiri yang Mendapatkan Banyak Sabuk Kehormatan”

17 Maret 2025 - 22:56 WITA

KICKBOXING DARI AKAR KUNO HINGGA RING MODERN

6 Maret 2025 - 19:04 WITA

Ilustrasi petarung Kickboxing (sumber : pinterest)

Kempo Mania Club: “Pergi Biaya Sendiri, Pulang Panen Medali”

6 Januari 2025 - 14:55 WITA

SJL-MAP : Kami Titip Bolmut di Tangan Bapak

28 November 2024 - 04:25 WITA

Kempo Bolmut Gelar Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) Kyukenshi Tingkatan Kyu VI Sabuk Putih

13 November 2024 - 13:59 WITA

Disabilitas: Pergulatan Tubuh Minoritas

6 Desember 2023 - 00:13 WITA

Trending di Esai