Mungkin bagi sebagian atau kurang dari sebagian orang, tidak mengalami hal yang kami rasakan pada saat NU memasuki usia 1 abad ini. NU menjadi basis pemikiran dan amaliyah Islam dalam upaya menuju Islam rahmatan lilalamiin. Visi Islam dan amailayah NU ini menjadi kultur yang diperkuat dalam setiap gerakan pemikiran Islam. Nu tidak hanya bergerak pada wilayah Islam saja. Melainkan NU bergerak pada setiap lini yang menyangkut nilai kemanusiaa. Politik, sosial humanisme menjadi titik tolak yang dipertimbangkan NU dalam amaliayah Islam. Termasuk di dalamnya adalah nilai-nilai nasionalisme dalam menjaga kesatuan dan keutuhan Bangsa.
NU didirikan pada 16 rajab 1344 H tepat tanggal 31 januari 1926 M. Tanggal 16 rajab 1444 H tepat tanggal 7 februari 2023, NU mencampai puncak 1 abad. Ini merupaka catatan sejarah yang sangat luar biasa dalam membimbing umat menuju Islam yang terbuka dan objektif.
1 abad bukanlah waktu yang singkat bagi tumbuhnya sebuah organisasi. Termasuk di sini adalah NU. Euforia seorang terhadap NU tampak tergambarkan pada semangat meramaikan dan memeriahkan puncak resepsi 1abad NU yang digelar di Sidoarjo, Jawa Timur. Muncul iri pada diri ini ketika tidak sempat menghadiri puncak resespi itu. Bagaimana tidak, puncak 1 abad dilakukan setiap 100 tahun sekali. Hal yang mustahil jika generasi saat ini dapat bertemu lagi dengan puncak abad ke-2 NU dengan rentan waktu 100 tahun ke depan. Ini yang sangat disayangkan jika tidak dapat hadir pada saat resepsi puncak 1 abad NU dan merayakan hari yang istimewa ini. Kadarullah. Saya tidak dapat melawan takdir. Itu hanyalah masalah waktu. Namun yang terpenting adalah menjaga tradisi dan harapan NU yang telah diwariskan para ulama dalam megemban amanh Islam dan menjaga keutuhan Bangsa.
Banyak hal yang telah diberikan NU terhadap bangsa ini. NU menjadi pionir dalam gerakan kebangsaan. Pemikiran dan kaidah yang ditawarkan NU bergantung pada kemaslahatan umat. Tawaran pemikiran ini telah menyumbang banyak hal megenai perkembangan Islam di Indonesia bahkan sampai pada taraf internasional.
Saya tidak akan menarik bahasan ini secara panjang kali lebar, apalagi pada wilayah kebangsaan secara mendalam. Namun yang terpenting dan perlu diulek adalah semangat pemikiran NU yang tentu saja menjadi titik tolak NU dalam mengemban amanah amaliyah Islam agar dapat diraksan banyak orang.
Secara kultur, NU berpegang pada prinsip Islam moderat, toleran, seimbang dan adil. Prinsip ini dibangun atas dasar pemikiran Islam yang mendalam. Harapan NU atas dasar prinsip ini agar Islam menjadi agama yang dapat diterima setiap orang. Prinsip fundamental ini adalah ruh yang bersemayam di dalam diri NU. Amaliyah yang berdasarkan prinsip Islam itu merupakan warisan dari para ulama. Sehingga ini yang menjadi harapan kedepan dalam menyongsong abad ke 2 NU. Bagimana NU menjadi primadona dan bergerak disemua aspek yang menyangkut harapan umat dan bangsa Indonesia kedepan menjadi lebih cerah.
Nu menjadi harapan besar umat Islam di Indonesia. Prinsip fundamental NU yang dibangun atas dasar nilai Islam, mampu menumbuhkan kerukunan antar umat beragama. terlebih pada aspek kebudyaan, kemanusiaan dan kebangsaan. Semuanya dilakukan atas dasar prinsip dan doktrirn Islam. Prinsip inilah yang dijaga NU dalam setiap amaliayhnya. Mengingat bahwa tantangan umat Islam kedepan akan lebih sarat. Termasuk maraknya kebudayaan sains dan teknologi modern yang membabi buta. Saya tidak mempersoalkan kehadiran arus modern ini. Hanya saja ini menjadi tantangan tersendiri bagi umat Islam. Harapannya adalah NU mampu mengatasi masalah kebudyaan modern ini.
Masalah utama umat di abad ini adalah pergeseran nilai. Ini merupakan masalah utama umat Islam di era kontemporer. Meminjam gagasan Sayyed Hossen Nasr bahwa tantangan umat Islam di era ini adalah pada aspek spiritaulisme yang terkikis akibat penyalahgunaan madia atas dasar teknologi dan sains modern. Bukan berarti kita harus menghindari teknologi ini, namun yang perlu ditekankan adalah cara dalam mengoprasionalisasikannya. Karena dampak teknologi terhadap perkembangan spirit Islam sangatlah kuat.
Tidak terkecuali dengan gerakan NU kedepan. Saya berharap NU dapat mengawal tradisi kebudyaan modern ini. Sebab ini merupakan salah satu masalah utama dalam perkembangan Islam dan umat kedepan. Melalui teknologi, Islam mudah saja diadu domba. Selain itu dakwah online yang berujung pada Islam radikal pun dapat tumbuh dan mengakar melalui media yang dilahirkan teknologi modern. Ini sebuah masalah dan yang perlu mendapat tindakan secara serius dalam rangka menjaga umat Islam dan bangsa kedepan.
Selain itu, tantangan umat kedepan adalah pada model berfikir yang masih terjebak pada dimensi liniearitas keilmuan. Pada tatanan keilmuan Islam, baik studi Islam, ilmu Islam maupun pemikiran Islam, masih banyak yang kurang memahami perkembangan dan corak sosio-religio umat di era kotemporer. Islam mengalami permasalahan pada wilayah paradigma dalam pemikiran Islam untuk memahami realitas keilmuan kontemporer. Ini berkaitan dengan dinamika sains dan kemodernan yang saat ini sedang dirancang. Masalah ini memerlukan disiplin keilmuan berbasis silang atau dalam bahasa Amin Abdullah sebagai paradigma integrasi-interkoneksi studi Islam kontemporer berbasis realitas sosial-humaniora sampai sains dan teknologi. Sehingga NU tidak bisa, jika hanya berdiri dalam tatanan kebangsaan, Islam dan politik secara linier.
Melainkan perlu terlibat di dalam kemajuan arus kemodernan dan interkoneksi disipllin ilmu tertentu. Upaya ini memerukan rekonstruksi pemikiran baru yang harus dilahirkan NU dalam menyongsong abad ke-2 NU seratus tahun yang akan datang. Dalam hal ini saya sepakat dengan gagasan post-tradiosional gerakan NU yang sempat populer di tahun-tahun sebelumnya.
Satu hal yang perlu digaris bawahi. Tulisan ini hanya sebagai euforia atas capaian 1 abad NU dalam mencatat sejarah dan perkembangan umat Islam di Indonesia.
Sekian!
Kamar Kos, 7-8 Februari 2023 H / 16-17 Rajab 1444 H tepat awal abad ke-2 NU.
Penulis,
Nasar Lundeto