Desember yang Dingin, dan Potret Sebuah Keberagaman

3 min read

Sumber foto dari penulis


Saya bergegas kira-kira sedari pukul 14:00 Waktu Indonesia Tengah. Untuk tiba di Tondano Kabupaten Minahasa,  berangkat dari Kota Manado sedianya saya harus menempuh perjalanan satu jam bahkan lebih, dengan kecepatan 50 Km/jam. 


Sudah sejak bulan September saya harus melakukan perjalanan demikian, seminggu bisa sampai empat kali. Sama halnya ketika di Kampung ku, jarak bepergian dari Bintauna ke Boroko. 


Saya memilih rute Manado-Tomohon-Tondano dari beberapa pilihan rute untuk bepergian ke Kabupaten Minahasa itu. Alasannya tidak lain, agar bisa sesekali singgah di Kota Tomohon untuk sekadar menikmati secangkir kopi di sana, atau nasi kuningnya yang khas. 


Dalam perjalanan, sering yang kita jumpai adalah landscape keindahan. Gunung lokon berkabut yang nampak kasat mata, tebing-tebing tinggi menjulang, ada juga gadis-gadis nan cantik berjejer rapih. Saya menyaksikan, mereka jauh lebih elok dibandingkan gadis-gadis belanda, atau Annelies Mallema yang serupa diceritakan Pram dalam Tetralogi Pulau Buru itu. 


Kota Tomohon atau Tondano khusunya terletak di atas ketinggian pegunungan dan perbukitan. Maka tak salah Kota Tomohon atau Tondano dikenal dengan cuacanya yang dingin, dengan suhu pada waktu siang mampu mencapai 30 derajat Celsius dan 22-18 derajat Celsius pada malam hari. Juga terdapat berbagai objek wisata, yang menjadikan Kota Tomohon dan Tondano dikenal khalayak.


Sebuah perjalanan yang baru saja hendak dimulai, jika tidak collapse dan salah berhitung, maka saya akan menikmatinya hingga dua tahun ke depan. Bepergian dari Manado ke Tondano, dan begitu sebaliknya. 


Sore di Desember, selepas mengikuti kelas kuliah tatap muka Pascasarjana di Tahun 2020, sebelum berpamitan untuk pulang,  ditengah cuaca yang dingin dan menusuk, saya bersama beberapa kawan-kawan memilih menikmati kopi disalah satu teras rumah kopi. Itu di Tondano. Tidak jauh dari kampus kami.


Kami bertujuh, berstatus sebagai mahasiswa angkatan Covid-19,  dan saya adalah seorang Muslim satu-satunya dari mereka yang berkepercayaan Nasrani.  


Hadir ditengah-tengah mereka, saya merasakan betapa kebahagiaan menyelimuti mereka, bagi mereka seakan Desember selalu menjadi pertanda baik. Mereka akan  menikmati libur kuliah, lalu  hendak berkumpul dengan keluarga, dengan sanak saudara. Untuk sebuah perayaan yang sakral, mereka menyebutnya peribadatan Natal. Sesuatu yang telah mereka yakini, kepercayaan yang telah tumbuh dan berdenyut sudah sejak mereka dipangkuan ibu.


Pada ingatan yang dalam, saya mencoba menceritakan Natal pada kawan-kawan. sudah sejak kecil, di setiap Desember yang dingin, di Kampung ku nan jauh, peribadatan Natal itu disambut penuh suka dan cita. Malam yang diterangi dengan lampu-lampu hias kelap-kelip, anak-anak nakal di dongengkan tentang Santa Klaus. 


Atau, ditempat yang lain, ada sekumpulan bapak-bapak yang siap untuk bernyanyi. Yang terdengar adalah musik serta paduan suara membentuk satu kosmos bahwa ini adalah suasana yang syahdu. 


Saya mendengar itu, tentang kisah Santa Klaus. Tidak hanya sebagai mitos bagi kepercayaan yang mereka yakini, bahwa Santa Klaus adalah sesuatu yang hidup dan pada waktu itu akan datang menemui mereka. Membawa hadiah. Dari itu, mereka diajarkan untuk tidak kehilangan daya imajinasi dan dunia ajaib yang hanya bisa dirasakan oleh anak-anak. 


Pada diri Santa Klaus, pikiran mereka diajarkan untuk berkelana keruang-ruang imajinasi dan keajaiban. Santa Klaus, hanya akan datang pada anak yang baik, lalu memberikannya hadiah. Sesuatu yang diinginkan akan terpenuhi.  


Desember, ada Natal yang dingin dan cerita tentang kasih bagi sesama. Kisah itu bermula, tentang Yesus yang lahir ke Dunia. Saudara-saudara Nasrani kita percaya, bahwa Ia adalah juru selamat, Ia datang dengan cinta kasih. 


Dalam ajaran Kristen, anak Allah itu adalah Yesus. Dalam ajaran Islam, Yesus adalah Isa. Dia adalah nabi yang utama. Para Arkeolog hingga hari ini terus mencari siapa Yesus, atau Isa dimasa lalu. Tapi semua bersepakat, bahwa Dia membawa cinta bukan perang. 


Dia mengasihi, memaafkan, juga menyembuhkan. Di satu waktu Dia pernah berkata, “Apabila ditampar di pipi kiri, berikan pipi kanan.” Sebuah manifesto, tentang bagaimana mengasihi bahkan bagi mereka yang menyakiti. 


Natal adalah kelahiran, manusia yang lahir, wahyu Tuhan dan pesan universal untuk semesta. Natal tidak hanya sekedar kelahiran Yesus, atau Isa Al Masih dalam tradisi Islam. Natal melampaui itu, sebuah harapan, cinta kasih yang dibingkai lewat do’a-do’a. Natal adalah kelahiran gagasan baru, sebuah nilai yang diperjuangkan.  Tentang kebaikan yang ditebarkan dimuka Bumi. 


Kita semua, selalu saja menyenangi Desember, menyambut Natal. Petani kembali berkebun dan bercocok tanam pada musim penghujan, hari libur sekolah tiba, atau memanfaatkan libur cuti bersama, kita lebih banyak waktu luang dengan keluarga. 


Tentang Natal, saya teringat Sosok Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Seorang tokoh keberagaman. Merawat toleransi bagi Gus Dur merupakan proses penting untuk menciptakan keharmonisan hubungan antar umat beragama. 


Ditengah-tengah Dunia yang semakin kacau, Desember yang basah, ada yang berperang, dan saudara bertengkar didepan mata. Disini, kita yang tak henti berharap agar terlepas dari kepungan wabah. Disisi lain cinta semakin redup. Orang-orang jadi suka marah, tidak ada rasa bersalah apalagi memaafkan.


Maka ingatlah tentang Natal. Bahwa setiap manusia patut dikasihi, setiap orang harus dicintai. Dan pesan ini menembus segalanya. Perbedaan Agama ataupun pandangan hidup. Sebab, kasih Tuhan melampaui perbedaan. 


Toleransi itu tidak hanya untuk menciptakan, tetapi juga merawat. Gus Dur sadar betul bahwa keharmonisan harus dijaga karena akan sulit memulihkan bila sudah retak.


Kita berbeda maka kita saling menghargai, saling mengenal. Saling memberi dan saling memahami. Selamat menyambut Natal.



Penulis:

Rifki Tegila

Editor:

Panji Datunsolang

Ramadhan dan Bola Api

www.terasinomasa.club Selepas shalat tarawih saya dan kaka tertua, duduk berbincang di depan Rumah tempat di mana kami bermain dulu. Di tempat itu, yakni sebuah...
admin
2 min read

LONG-LONG : Mainan Tradisional Bulan Ramadhan yang Hilang di…

Ilustrasi, Teras Inomasa Salam sejahtera sahabat TI, dan apa kabar kalian semua, semoga semuanya senantiasa dalam kondisi sehat wal afiat, dan terus dapat melakukan...
admin
3 min read

Tradisi Masyarakat Muslim Bolaang Mongondow: Awal dan Akhir Ramadan

Sumber foto dari penulis  Bulan ramadan adalah bulan suci yang penuh berkah dan ampunan bagi umat Islam. Datangnya bulan suci ramadan selalu disambut antusias...
admin
3 min read

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *