Ilustrasi : Pobela.com
Dulu, kerap kali menatap diri di cermin, selalu saja berucap kalimat yang pada akhirnya adalah pengeluhan. Kenapa sih kok begini? Kenapa tidak begitu? Kenapa seperti ini? Tidak pernah ada sekalipun rasa syukur kepada Tuhan. Padahal jika kita bisa memaknai tubuh sendiri akan lebih indah, sebab masih banyak di luar sana yang terhitung alpa bagian tubuhnya. Sebagai manusia yang telah diberikan anugerah atas tubuh, seharusnya mampu bersyukur bukan malahan sebaliknya. Dulu pun, saat sering menonton film Snow White and the Seven Dwarfs, di mana si penyihir jahat selalu berbicara dengan cermin ajaibnya:
“Hai cermin di dinding, siapa yang paling cantik di Negeri ini?”
Cermin pun menjawab: “Kaulah yang paling cantik di Negeri ini yang mulia”.
Selang beberapa hari berjalan, pertanyaan masih seputar siapa yang paling cantik, cermin masih memberikan jawaban yang sama seperti biasanya. Namun, ada hari di mana cermin tidak bisa berbohong dan mengatakaan:
“Ada yang lebih cantik, dan seseorang itu telah mengalahkan kencantikanmu Ratu”.
Ratu pun marah besar dan menyuruh prajurit istana.
“Carikan anak itu! kemudian bunuh, lalu bawakan ke sini organ tubuhnya berupa hati, agar bisa kusantap, biar aku tetap awet muda. Cepat!”. Pekiknya.
“Baik Ratu.” Ucap prajurit, yang kemudian bergegas mengendarai kuda.
Dari film itu kita bisa belajar bahwa ketidakpuasan terhadap tubuh adalah hal yang bisa membahayakan. Karena terlalu berambisi, dan pada akhirnya mati terbunuh oleh kerakusannya sendiri. Snow White yang begitu baik hati dan cantiknya bukan hanya perihal fisik, melainkan tekad, keberanian serta kerendahan hati mampu melawan si penyihir jahat yang beniat membunuhnya.
Kamu mau pilih mana? Cantik tapi jahat? Atau cantik tetapi tetap rendah hati? Maka, cantik sesuai dengan versimu, bukan pandangan dari orang lain maupun hasil dikte dari masyarakat.
Dewasa ini, realitas sosial yang bisa kita lihat, banyak perempuan-perempuan yang menginginkan seperti apa yang ada dalam espektasinya dan masyarakat, atau pun konstruk cantik gadis-gadis Korea dalam serial drama misalkan. Di sini akan muncul hasrat yang kemudian memaksa perempuan untuk memenuhi ambisinya yakni menjadi cantik seperti imaje idolanya. Operasi platik adalah salah satu jalan untuk itu. Jika berhasil akan sangat memuaskan tubuh perempuan.
Namun jika tidak, yang didapat hanyalah kerusakan tubuh sendiri. Serta membeli cream pemutih (skincare) yang bisa membuat wajah glowing meski dengan harga yang fantastis. Tetapi bagi wajah yang sangat sensitiv akan tidak mungkin nyaman dengan hal tersebut. Karena tidak semua kulit manusia sama, ada yang rentan terkena penyakit kulit, bahkan tiada henti-hentinya untuk melakukan berbagai macam cara sampai pada standar kecantikan. Tidak ada yang salah untuk menjadikan diri kita terlihat sempurna. Tapi ingat, sebelum melakukannya pikir juga dampak yang akan terjadi nanti, jangan sampai menyesal dan menyalahkan sana-sini.
Mau jerawatan atau tidak, kurusan atau gendutan, mancung atau pesek, punya alis tebal atau tidak, yang utama untuk ditekankan terlebih dulu adalah Body Positivity. Bukan berarti harus pasrah akan tubuh sendiri. Tetapi lebih menyayangi dan cinta terhadap tubuh adalah hal yang baik dan perlu disyukuri. Ketimbang melakukan segala macam cara untuk mencapai standar kecantikan yang bahkan akan memicu kerusakan pada fisik dan itu sangat menyakiti tubuh. Pastinya sangat menyakitkan jika hal itu tidak sesuai dengan yang diharapkan, bukan? Maka kamu perempuan, kamu tetap cantik bukan perihal fisik semata, tetapi pikiran, cara berpikir dan hati.
Apapun dilakukan meski berkali-kali mengalami kerusakan tubuh demi mencapai hasrat tersebut, ini kemudian menjadi pelik polemik bagi mayoritas perempuan. Tanpa melihat dampak yang akan terjadi nantinya, karena tidak semua bisa berhasil mencapai perihal yang diinginkan. Pun jangan seenaknya, membully orang disekitar, karena cantiknya tidak sama sepertimu. Karena setiap orang jelas sama-sama diciptakan otak, tetapi dengan pemahaman yang berbeda.
Perihal ini seharusnya sesama perempuan harus saling menjaga. Entah menjaga mulut dari mengeluarkan kalimat yang membuat orang lain tersinggung apalagi orang itu ternyata insecure. Dan menjaga tindakan dari berbuat semena-mena yang dapat menciderai orang lain. Sebab setiap orang punya daya tahan mental yang berbeda. Berbahagialah dengan kondisi atau keadaan yang saat ini dialami. Menerima sepenuh hati bukan berarti pasrah.
Semua perempuan telah terlahir cantik, tidak terkerangkang oleh standar kecantikan bahwa perempuan harus punya tubuh ideal seperti putih, langsing, glowing, mancung, dll. Sebab ini adalah standar yang dibuat oleh kapitalis untuk melanggengkan budaya patriarki. Bahkan sampai melakukan body shaming terhadap sesama, dan pemilik tubuh sendiri.
Hal ini merupakan bias dari kecantikan dan dampakknya akan sangat membahayakan tubuh dan mental kita semua. Body shaming dapat berakibat fatal atau bisa diartikan dengan pem-bully-an. Sebab korban dari body shaming akan merasa terganggu secara mental, akibatnya korban bisa : insecure, menutup diri, anti social, introvert atau pun yang lebih jahat lagi adalah menjadi psikopat. Meskipun bagi pelaku ini adalah sebuah candaan, tapi tetap saja ini tidak baik dan tidak dewasa.
Kita bisa memutuskan rantai yang saat ini membabi buta, meski bagi sebagian, itu hal yang tidak mungkin. Mulailah dari diri masing-masing untuk tetap bersyukur menerima. Mengedukasi diri sendiri dan orang lain. Saling bahu membahu terhadap sesama perempuan. Bahwa cantik sesuai versi masing-masing, bukan pandangan orang lain. Bahwa cantik adalah cara berfikir dan hati, bukan melulu soal fisik. Jika pun cantik fisik itu ialah bonus. Bersyukurlah untuk perempuan yang lahir ke dunia ini dengan rupa apapun. Kita semua memanglah cantik, jangan sampai kita seperti penyihir dalam paragraf awal, dan tidak ada yang ingin seperti itu, bukan?
Penulis,
Zafria Mahyun,
Kader Forum Komunikasi Mahasiswa Mania (FOKMMA).