Dokomentasi Saat Abang Olong Melatih |
Saya mengenal Abang Olong sudah dari masih dibangku Sekolah
Dasar. Seorang pemain bola yang populer di masa mudanya. Namanya menggema
disetiap dia berlaga dalam pertandingan.
Rasanya, akan panjang sekali saya menuliskan catatan ini jika
saya mengulik kehidupan dan perjalanan Abang Olong sebagai aktor tunggal
lapangan hijau. Tapi, ijinkan saya menuliskan sebaris catatan, ini adalah
kegigihan dan konsistensi seorang Abang Olong dalam merawat dan menjaga,
memelihara sepakbola kita.
Di Kuhanga, di Bintauna, sepakbola tumbuh laksana pohon beringin
yang rimbun daunnya, yang tertanam menancap dalam-dalam ketanah. Daunnya ibarat
pemain-pemain sepakbola, dan akarnya ibarat kecintaan orang-orang terhadap
olahraga ini yang sudah mengakar.
Konon, di Tahun-tahun itu (1980-2000) olahraga sepakbola berada
di puncaknya sebagai olahraga pemersatu. Bahkan disetiap tahunnya, di Bintauna
olahraga sepakbola dinobatkan sebagai olahraga tahunan. Sampai dengan saat ini.
Dia adalah Olong Laurestabo, baginya sepakbola bukan hanya
sekadar olahraga semata. Tetapi sesuatu yang hidup yang memberikan dia
kehidupan. Lelaki yang lahir dan tumbuh dari keluarga tani di Kuhanga, memahami
benar apa itu kerja keras.
Semasa kecilnya, disaat sepakbola adalah olahraga yang sudah
populer dan dimainkan oleh banyak orang, dia hidup menempa dirinya menjadi
seorang pemain bola. Dia percaya pada kekuatan mimpi yang kelak membawanya
menggapai semua impian. Abang Olong memulai karir sepakbolanya degan klub
Inapita. Hingga akhirnya dia tumbuh menjadi pemain yang melebihi ekspektasinya
sendiri.
Saya sudah mendengar dari mulut-kemulut, Klub sepakbola Inapita
Kuhanga adalah Klub Sepakbola terbaik di Bolaang Mongondow. Dari posisi penjaga gawang hingga
penyerang, Inapita adalah Klub mematikan bagi kub-klub lain yang menjadi
lawannya.
Di generasi pertama, klub Inapita ini sudah berhasil melahirkan
pemain-pemain bola berkelas. Saya tidak pernah menyaksikannya langsung, tapi
jika kita mendengar pernah ada pemain bola dengan kontrol bola terbaik, bahkan bisa melewati 5 sampai 6 penjagaan dengan mudah, itu
adalah Baks. Atau, gelandang tengah dengan penguasaan bola dan akurasi umpan
tendangan bebas, itu adalah Saprudin. Lebih dari itu, masih banyak nama-nama
lagi. Tak terkecuali, diantara banyak nama-nama itu, disana terpatri ingatan
tentang Abang Olong.
Dimasa mudanya, Abang Olong adalah jenderal lapangan hijau. Kini
diusianya yang tak lagi muda, nalar sepakbolannya mengangkasa. Dia menjadi
seorang pelatih, dari generasi ke generasi. Saya merasakan atsmosfir sudah
sejak di bangku SMP berlatih sepakbola dengan Abang Olong.
Disaat sepakbola menjadi olahraga yang mendatangkan keuntungan
dan profit, disatu sisi Abang Olong dengan konsisten mengumpulkan benih-benih
potensi pemain bola. Dari anak-anak yang berusia dasar hingga remaja. Tanpa
pamrih dan syarat apapun. Tanpa iuran layaknya sekolah sepakbola umumnya.
Dengan keterbatasan sarana dan prasarana, Abang Olong tidak
pernah berpantang apalagi menyerah. Berbekal pengalaman sebagai pemain bola,
naluri menjadi pelatih akhirnya membuahkan hasil. Kita patut berbangga, pernah
dalam satu kesempatan, Club Sepakbola yang di latihnya beberapa kali berlaga di
kanca nasional. Menjadi yang terbaik.
Saya sekali pernah bertanya, lantas kenapa Abang Olong tidak
pernah tertarik untuk mengambil sertifikasi sebagai pelatih professional.
Disini saya mendapatkan jawaban, Abang Olong jelas menjadikan sepakbola sebagai
kualitas dan efisiensi.
Sepakbola adalah arena setiap orang bisa bermain lepas dengan
penuh kegembiraan. Abang Olong selalu memiliki metode khusus untuk meningkatkan
kualitas dan kompetensi pemain yang dilatihnya. Tak perlu diragukan, hasil dari
latihan-latihan itu, kita bisa menyaksikan, dalam pertandingan sebuah Tim
sedemikian anggun memperagakan taktik dan teknik baik individu maupun tim.
Sebagai orang yang menyukai olahraga sepakbola, saya terkagum,
menyaksikan kegigihan dan konsistensi seorang Abang Olong. Dia sungguh
memperlihatkan kesungguh-sungguhanya dalam melatih, memberikan seluruh waktu
luangnya. Mendedikasikan dirinya.
Abang Olong jelas tahu, dia tidak bisa memastikan seberapa besar
hasil yang akan didapatkan jika tidak dilewati dengan usaha-usaha dan upaya. Di
raut wajah yang beranjak menua seorang Abang Olong, terlihat jelas, seakan
mengandung makna, dalam sepakbola akhir selalu ditentukan oleh awal.
Seperti pepatah bijak, “Dalam bola, siapa yang memberikan
segalanya pada awalnya, maka akan memperoleh ganjaran pada akhirnya.” Dalam
istilahnya hukum tabur tuai, apa yang ditanam kelak itu juga buah yang akan
dipetik.
Sikap sukarela yang dilakukan Abang Olong perlu dan patut kita
apresiasi. Ditengah hiruk pikuk dan ketidakpastian sepakbola, kita selalu
memiliki harapan-harapan yang datang dari sebagian kecil orang–orang di negeri
ini yang mencintai sepakbola dengan sepenuh hati.
Sepakbola memang selalu serupa bandul taqdir yang mengayun dan
menunjukan banyak sisi kemanusiaan, dan disetiap sisi itu kita selalu melihat
kelebihan dan kekurangannya.
Abang Olong mungkin tak sebanding dengan Benny Dollo, Nandar
Iskandar, atau Bima Sakti. Tetapi sikap, tekad dan karakter yang diperlihatkan
Abang Olong tak beda layaknya Mourinho, Ferguson dan guardiola.
Abang Olong adalah pelatih yang memiliki optimisme kuat serta
visi untuk maju kedepan. Pelatih dengan kekuatan karakter pantang menyerah dan
selalu menyerap energi dari setiap peristiwa dan pengalaman.
Takzim, Abang Olong.